PENDAHULUAN
Islam adalah agama rahmatal lil’alamin yang diturunkan tidak hanya sebagai rahmat bagi umat Islam saja namun diturunkan untuk seluruh alam termasuk juga alam jin. Oleh karena itu, menjadi tugas seorang muslim untuk selalu mendakwahkan kembali makna Islam sebagai rahmat. Dapatkah Islam yang mengajarkan arti penting dari makna kedamaian, keharmonisan, keselamatan dan kasih dan sayang dapat dirasakan oleh semua umat.? atau memang Umat Islam sendiri yang tidak mau berbagi dengan yang lain.?
Dalam tahapan ini yang menjadi problem adalah bagaimana kita mendakwahkan makna Islam itu sendiri. Dengan senantiasa berfikir radikal sebagaimana yang terfrem dari pola pikir filsafat, maka dalam ini untuk menghasilkan pola pikir yang radikan dalam berdakwah menjadi hal yan dibutuhkan, maka perlunya mempelajari filsafat dakwah sebagai cara mendapatkan pemahaman radikal dan sistematis dalam melakukan kegiatan dakwah.
PENGERTIAN MORAL / ETIKA
Moral berasal dari bahasa Latil (Mores) yang berarti sebagai kebiasaan atau adat kebiasaan. Kebiasaan yang baik hendaknya menyelaraskan dengan kehidupan yang umum dan universal hendaknya, Zakiah Darojat (1995:63).
Adapun menurut terminologi moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) yang ada dalam masyrakat, yang timbul dari hati nurani dan bukan sebuah paksaan yang disertai deengan rasa tanggung jawab, dalam hal ini bahwa kepentingan umum menjadi skala prioritas diatas kepentingan pribadi, sehingga dalam Islam moral mejadi salah satu baro meter akhlak, karena hal ini menyangkut sikap jujur, berkeadilan rasa tanggung jawab dan sikap pengabdian, karena hal sangat penting dalam moral Islam dan harus mendapatkan perhatian khusus.
SISTEM NILAI
Adapun dalam hal ini HM. Arifin (1994:139) ia memberikan definisikan sistem nilai sebagaimana "suatu tatanan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi atau saling bekerja sama dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat dan berorientasi pada nilai dan moral Islam, Dalam Islam nilai dan moral mengandung dua katagori bila ditinjau dari segi normativ yaitu suatu sikap baik atau buruk, benar atau salah, hak atau batil.
Sehingga sistem moral dan nilai dalam Islam adalah berpusat pada upaya mencari Ridho Allah Swt, yakni dengan mengendalikan hawa Nafsu negatif dengan menggali potensi kebaikan untuk berbuat kebaikan.
MAKNA ETIKA DAKWAH
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “Etika” diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk atau ilmu tentang hak dan kewajiban moral. Dalam batasan pengertian itu maka etika bisa duniawi dan bisa ukhrawi. Sebab baik buruknya sesuatu masih perlu bahasan tertentu. Misalnya di mata Si A baik belum tentu di mata Si B. Adapun makna kata dakwah adalah.
Sudah kita fahami akan makna dari kata dakwah yang mengandung makna mengajak, atau menyeru, namun apabila makna dakwah tersebut disandarkan dalam bahasa Indonesia yang notabennya bukan bahasa wahyu akan menjadi suatu makna yang negatif sebagaimana yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia, makna dakwah diartikan sebagai suatu kegiatan Propaganda, kendati makna dakwah sendiri bermakna Positif, sebuah aktifitas untuk mengajak setiap orang untuk senantiasa mengikuti petunjuk jalan Allah Swt, meningkatkan ibadah dan pengabdian pada yang sang Kholiq.
Dari pengertian yang ada semakin jelas bahwa kajian dan tinjauan akan etika dakwah adalah moral umum dalan tinjuan agama, apa dan bagaimana seharusnya suatu etika dakwah tersosialisasi dalam pribadi dainya.
Etika Dakwah
Dalam mengemban dakwah seseorang hendaknya berprinsip pada kode etik, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang kurang baik, maka dari itu hal yang harus dijadikan perhatian dalam berdakwah adalah:
(Al baqarah : 185)
Adapun menurut salah seorang ulama di era sekarang ini yaitu
DR. Yususf Qardowi adalah sebagai berikut bahwa dalam berdakwah maka harus memperhatikan:
a. Harus memelihara hak orang tua dan kerabat, tidak diperbolehkan menghadapi orang tua dan sanak kerabat dengan perlakuan kasar
b. Memperhatikan faktor umur, tidak sepantasnya seorang da'i mengabaikan perbedaan faktor umur seorang mad'u, bukankah dalam Islam mengajarkan sikap hormat menghormati, sayang menyayangi sebagaimana sabda Rasulullah :
Tidak termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi anak-anak,tidak menghormati orang tua,tidak mengenali orang berilmu
(HR Ahmad)
c. Memelihara hak orang-orang terdahulu, maksudnya kita melupakan orang telah berjasa dalam menebarkan ilmu pengetahuan atas segala jasa-jasanya.
IDEALISME DAKWAH
Ta’shil Da’awi artinya (orisinilitas da’wah). Menjaga kemurnian atau keaslian kegiatan da’wah. Dalam pengembangan da’wah, orisinilitas harus selalu terjaga dan terpelihara, sehingga memiliki landasan yang kuat dan kokoh untuk terus bergerak. Dan da’wah sangat terkait dengan takwin (pengembangan), maka ketika kita bicara pada tataran konsep, kader dan aktivis harus berpegang teguh pada idealisme da’wah. Karena seberat apapun ujian dalam da’wah, selama kader memiliki pegangan yang kuat dalam melangkah, maka idealisme da’wah akan tetap terjaga dan terpelihara,adapun yang termasuk dari ta'shil da'awi adalah :
1. Ta’shil Syar’i (kemurnian syariat). Kader dan aktifis harus kembali kepada kemurnian dan keutuhan syariat. Tidak ada fiquh da’wah tanpa fiquh syari’ah, karenanya ruang lingkup gerak da’wah harus berada dalam bingkai syari’at. Jadi, ketika kita bicara tentang syariat tidak lebih pada Ahkamul khomsah (hukum yang lima), yaitu halal, haram, wajib, makruh, dan sunnah.
2. Ta’shil Al Fikri (keaslian fikroh). Kader dan aktifis harus menjaga kemurnian dan orisinilitas fikroh, konsep atau manhaj. Jadi, ketika kader dan aktifis hendak berpikir, mengemukakan wacana, berpendapat, menelurkan ide serta gagasan, maka harus berlandaskan Al Qur’an dan sunnah Rasul, bukan sekedar beropini atau berbicara tanpa punya landasan yang jelas.
3. Ta’shil Haroki (kemurnian berharoki). Berbicara tentang da’wah adalah gerak aktifitas atau kerja. Bukan wacana apalagi gosip. Da’wah adalah harok yang berarti bekerja aktif.
Revivalisme Dakwah Islam
Revilvalisme dapat diartikan sebagai gerakan untuk membangkitkan/menghidupkan kembali perasaan keagamaan yang kukuh, pelaku revilvalisme disebut revivalis. Dalam perbendaharaan bahasa Arab revivalisme disebut dengan gerakan tajdid yang berarti pembaruan gerakan tajdid ini adalah suatu proses dimana yang dengannya komunitas Muslim (ummat) menghidupkan kembali kerangka sosial, moral dan agama dengan kembali kepada dasar-dasar Islam yaitu Al-Qur’an dan al-Sunnah
Sebagai pembatasan masalah disini adalah bagimana dakwah dilaksanakan dengan membangun kerangka berfikir/tashawwur berlandaskan etika tanpa menghilangkan identitas sebagai muslim.
KESIMPULAN
Dalam melakukan sesuatu yang baikpun kita tetap hendaknya memperhatikan etika-etika yang berlaku,sebagaimana kegiatan dakwah, sebuah aktifitas mulia yang senantiasa dilakukan oleh nabi dan Rasulpun kita sebagai orang biasa harus tetap memperhatikan norma dan etika tersebut. Hal ini diharapkan dengan hal tersebut bisa menghasilkan apa yang menjadi haparan dari kegiatan dakwah tersebut dan juga untuk menjaga perasaan seorang mad'u. Bukankah dalam Islam pun hal ini menjadi perhatian serius, bukan para nabi dan Rasul dalam menjalankan kegiatannya senantiasa memperhatikan aspek-aspek ini?.maka kita sebagai seorang yang tidak lepas dari khilaf maka harus memperhatikan etika dakwah supaya mad'u bisa kita hantarkan kepada jalan yang Allah Swt, kehendaki.
Islam adalah agama rahmatal lil’alamin yang diturunkan tidak hanya sebagai rahmat bagi umat Islam saja namun diturunkan untuk seluruh alam termasuk juga alam jin. Oleh karena itu, menjadi tugas seorang muslim untuk selalu mendakwahkan kembali makna Islam sebagai rahmat. Dapatkah Islam yang mengajarkan arti penting dari makna kedamaian, keharmonisan, keselamatan dan kasih dan sayang dapat dirasakan oleh semua umat.? atau memang Umat Islam sendiri yang tidak mau berbagi dengan yang lain.?
Dalam tahapan ini yang menjadi problem adalah bagaimana kita mendakwahkan makna Islam itu sendiri. Dengan senantiasa berfikir radikal sebagaimana yang terfrem dari pola pikir filsafat, maka dalam ini untuk menghasilkan pola pikir yang radikan dalam berdakwah menjadi hal yan dibutuhkan, maka perlunya mempelajari filsafat dakwah sebagai cara mendapatkan pemahaman radikal dan sistematis dalam melakukan kegiatan dakwah.
PENGERTIAN MORAL / ETIKA
Moral berasal dari bahasa Latil (Mores) yang berarti sebagai kebiasaan atau adat kebiasaan. Kebiasaan yang baik hendaknya menyelaraskan dengan kehidupan yang umum dan universal hendaknya, Zakiah Darojat (1995:63).
Adapun menurut terminologi moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) yang ada dalam masyrakat, yang timbul dari hati nurani dan bukan sebuah paksaan yang disertai deengan rasa tanggung jawab, dalam hal ini bahwa kepentingan umum menjadi skala prioritas diatas kepentingan pribadi, sehingga dalam Islam moral mejadi salah satu baro meter akhlak, karena hal ini menyangkut sikap jujur, berkeadilan rasa tanggung jawab dan sikap pengabdian, karena hal sangat penting dalam moral Islam dan harus mendapatkan perhatian khusus.
SISTEM NILAI
Adapun dalam hal ini HM. Arifin (1994:139) ia memberikan definisikan sistem nilai sebagaimana "suatu tatanan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi atau saling bekerja sama dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat dan berorientasi pada nilai dan moral Islam, Dalam Islam nilai dan moral mengandung dua katagori bila ditinjau dari segi normativ yaitu suatu sikap baik atau buruk, benar atau salah, hak atau batil.
Sehingga sistem moral dan nilai dalam Islam adalah berpusat pada upaya mencari Ridho Allah Swt, yakni dengan mengendalikan hawa Nafsu negatif dengan menggali potensi kebaikan untuk berbuat kebaikan.
MAKNA ETIKA DAKWAH
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “Etika” diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk atau ilmu tentang hak dan kewajiban moral. Dalam batasan pengertian itu maka etika bisa duniawi dan bisa ukhrawi. Sebab baik buruknya sesuatu masih perlu bahasan tertentu. Misalnya di mata Si A baik belum tentu di mata Si B. Adapun makna kata dakwah adalah.
Sudah kita fahami akan makna dari kata dakwah yang mengandung makna mengajak, atau menyeru, namun apabila makna dakwah tersebut disandarkan dalam bahasa Indonesia yang notabennya bukan bahasa wahyu akan menjadi suatu makna yang negatif sebagaimana yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia, makna dakwah diartikan sebagai suatu kegiatan Propaganda, kendati makna dakwah sendiri bermakna Positif, sebuah aktifitas untuk mengajak setiap orang untuk senantiasa mengikuti petunjuk jalan Allah Swt, meningkatkan ibadah dan pengabdian pada yang sang Kholiq.
Dari pengertian yang ada semakin jelas bahwa kajian dan tinjauan akan etika dakwah adalah moral umum dalan tinjuan agama, apa dan bagaimana seharusnya suatu etika dakwah tersosialisasi dalam pribadi dainya.
Etika Dakwah
Dalam mengemban dakwah seseorang hendaknya berprinsip pada kode etik, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang kurang baik, maka dari itu hal yang harus dijadikan perhatian dalam berdakwah adalah:
- Memahami hakikat dakwah dan apa yang diajarkan dengan landasan ilmu yang benar. Sebagaimana yang tertuang dalam Al Qur'an surat Yunus ayat 108.
- Tidak memaksakkan kehendak, hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Al Qur'an surat Yunus ayat 99, yang artinya :
- Jangan mempersulit masalah tapi mengedepankan kemudahan, sebagaimana ketetapan Allah Swt, dalam Al Qur'an yang atrinya :
(Al baqarah : 185)
Adapun menurut salah seorang ulama di era sekarang ini yaitu
DR. Yususf Qardowi adalah sebagai berikut bahwa dalam berdakwah maka harus memperhatikan:
a. Harus memelihara hak orang tua dan kerabat, tidak diperbolehkan menghadapi orang tua dan sanak kerabat dengan perlakuan kasar
b. Memperhatikan faktor umur, tidak sepantasnya seorang da'i mengabaikan perbedaan faktor umur seorang mad'u, bukankah dalam Islam mengajarkan sikap hormat menghormati, sayang menyayangi sebagaimana sabda Rasulullah :
Tidak termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi anak-anak,tidak menghormati orang tua,tidak mengenali orang berilmu
(HR Ahmad)
c. Memelihara hak orang-orang terdahulu, maksudnya kita melupakan orang telah berjasa dalam menebarkan ilmu pengetahuan atas segala jasa-jasanya.
IDEALISME DAKWAH
Ta’shil Da’awi artinya (orisinilitas da’wah). Menjaga kemurnian atau keaslian kegiatan da’wah. Dalam pengembangan da’wah, orisinilitas harus selalu terjaga dan terpelihara, sehingga memiliki landasan yang kuat dan kokoh untuk terus bergerak. Dan da’wah sangat terkait dengan takwin (pengembangan), maka ketika kita bicara pada tataran konsep, kader dan aktivis harus berpegang teguh pada idealisme da’wah. Karena seberat apapun ujian dalam da’wah, selama kader memiliki pegangan yang kuat dalam melangkah, maka idealisme da’wah akan tetap terjaga dan terpelihara,adapun yang termasuk dari ta'shil da'awi adalah :
1. Ta’shil Syar’i (kemurnian syariat). Kader dan aktifis harus kembali kepada kemurnian dan keutuhan syariat. Tidak ada fiquh da’wah tanpa fiquh syari’ah, karenanya ruang lingkup gerak da’wah harus berada dalam bingkai syari’at. Jadi, ketika kita bicara tentang syariat tidak lebih pada Ahkamul khomsah (hukum yang lima), yaitu halal, haram, wajib, makruh, dan sunnah.
2. Ta’shil Al Fikri (keaslian fikroh). Kader dan aktifis harus menjaga kemurnian dan orisinilitas fikroh, konsep atau manhaj. Jadi, ketika kader dan aktifis hendak berpikir, mengemukakan wacana, berpendapat, menelurkan ide serta gagasan, maka harus berlandaskan Al Qur’an dan sunnah Rasul, bukan sekedar beropini atau berbicara tanpa punya landasan yang jelas.
3. Ta’shil Haroki (kemurnian berharoki). Berbicara tentang da’wah adalah gerak aktifitas atau kerja. Bukan wacana apalagi gosip. Da’wah adalah harok yang berarti bekerja aktif.
Revivalisme Dakwah Islam
Revilvalisme dapat diartikan sebagai gerakan untuk membangkitkan/menghidupkan kembali perasaan keagamaan yang kukuh, pelaku revilvalisme disebut revivalis. Dalam perbendaharaan bahasa Arab revivalisme disebut dengan gerakan tajdid yang berarti pembaruan gerakan tajdid ini adalah suatu proses dimana yang dengannya komunitas Muslim (ummat) menghidupkan kembali kerangka sosial, moral dan agama dengan kembali kepada dasar-dasar Islam yaitu Al-Qur’an dan al-Sunnah
Sebagai pembatasan masalah disini adalah bagimana dakwah dilaksanakan dengan membangun kerangka berfikir/tashawwur berlandaskan etika tanpa menghilangkan identitas sebagai muslim.
KESIMPULAN
Dalam melakukan sesuatu yang baikpun kita tetap hendaknya memperhatikan etika-etika yang berlaku,sebagaimana kegiatan dakwah, sebuah aktifitas mulia yang senantiasa dilakukan oleh nabi dan Rasulpun kita sebagai orang biasa harus tetap memperhatikan norma dan etika tersebut. Hal ini diharapkan dengan hal tersebut bisa menghasilkan apa yang menjadi haparan dari kegiatan dakwah tersebut dan juga untuk menjaga perasaan seorang mad'u. Bukankah dalam Islam pun hal ini menjadi perhatian serius, bukan para nabi dan Rasul dalam menjalankan kegiatannya senantiasa memperhatikan aspek-aspek ini?.maka kita sebagai seorang yang tidak lepas dari khilaf maka harus memperhatikan etika dakwah supaya mad'u bisa kita hantarkan kepada jalan yang Allah Swt, kehendaki.